Angin pagi menyejukan hati, diiringi dengan kicauan burung membuat bersemangat untuk
melakukan aktivitas. Takdir tak kan ada yang bisa menebak, bahkan malaikatpun
yang sangan dekat dengan Sang Tuhan tak bisa tahu bagaimana Tuhan mengatur
takdir manusia. Kita hanya merencanakan dan menjalankan sesuai hukum Tuhan. Tak
ada yang bisa menentang takdir, karena bagaimanapun Tuhan sangat rapi dalam merencanakan takdir.
Saat Ruh didalam kandungan, sebenarnya Tuhan telah berdialog dengan kita tentang
takdir yang akan di jalanin saat berada didunia. Sang Tuhan pun dengan lembut
mengatakan jangan takut saat kau lahir ke dunia, bahwa takdirmu sudah ku
tentukan sampai ajal menjemputmu. Manusia hanya meyakini takdir baik dan takdir
buruk sesuai dalam ajaran islam yaitu yang ada didalam rukun iman. “Sampai waktu yang ditentukan, lalu kami
tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan (Al-Mursalat/77
: 22-23).
Seorang
anak kecil yang menduduki bangku sekolah dasar tak luput saat ditanyai
cita-cita. “Kalau sudah besar cita-citanya mau jadi apa? “ pasti kebanyakan
jawaban dari anak kecil itu dokter, pilot, pramugari. Tak pernah terdengar dari
seorang anak kecil yang apabila ditanyai cita-citanya jawaban yang akan di
jawab guru. Mungkin menurut mereka bahkan kita saat itu dokter lah yang paling
keren tanpa mengerti makna dari cita-cita itu sendiri. Lamban laun setelah
beranjak dewasa baru kita mengerti makna dari cita-cita itu sendiri. Begitu
pula halnya di Universitas keguruan, saat awal masuk kuliah saya menanyakan
kepada sebagian teman satu jurusan tentang guru. Semua dari jawaban yang
dilontarkan mereka bahwa mereka masuk fakultas keguruan bukan karena menyukai
profesi guru tetapi ada yang beralasan disuruh orang tua, terpaksa tidak ada
pilihan lain, udah takdir mungkin bahkan yang lebih mengejutkan jawaban nya daripada tidak kuliah. Sama
halnya dengan saya yang masuk ke fakultas keguruan ini karena takdir bukan
keiinginan saya. Membayangkan saja sudah tidak suka menjadi guru apalagi saat
masuk ke fakultas keguruan tersebut. Mengapa saya katakan takdir? saat SMA
tepatnya pada jam pelajaran sekolah seorang guru bertanya kepada kami, “ Siapa
disini yang tidak suka dengan pelajaran Biologi? Dengan sontak saya pun
menjawab, “ saya bu. Keheningan terjadi didalam kelas, semua teman melihat
kearah saya sambil terheran-heran. Guru itu pun lanjut dengan bertanya kepada
saya, “ Mengapa kamu tidak suka? dan
saya pun menjawab, susah biologi itu bu, banyak nama latinnya. Guru pun menghembuskan
napas dan tersenyum sambil berkata,” Ibu doain kamu jadi guru biologi. (Amin) sontak dari suara teman-temanku.
Dari
kejadian inilah Sang Tuhan mulai terlihat rencananya, lulus SMA saya pun lulus
undangan di fakultas keguruan biologi. Bukan saya yang memilih jurusan ini akan
tetapi sahabat saya yang bernama Nurul yang memilih dan menuliskan undangan sekolah. Menurut
saya ini takdir karena saat SMA dulu sangat benci pelajaran Biologi sehingga Allah
mentakdirkan masuk dijurusan ini. Begitulah awal permulaan dari rencana takdir
yang Tuhan tentukan. Memang benar hadist yang mengatakan janganlah kamu terlalu
mencintai sesuatu karena boleh jadi suatu hari kamu akan membencinya begitu
sebaliknya jangan kamu terlalu membenci sesuatu karena boleh jadi suatu saat
itu hal yang kamu cintai. Kejadian inilah yang sedang saya alami bahwa hal yang
membuat kita baik belum tentu menurut Tuhan. Tapi hal yang menurut Tuhan baik
sudah pasti baik didalam kehidupan kita. Berat rasanya saat awal-awal
menjalankannya. Bahkan terkadang banyak keluhan yang keluar dari bibir ini saat
kita memang tak mengerti takdir yang sedang kita alami. Namun Tuhan tak pernah
putus menyayangi hambanya walaupun terkadang hambanya yang sering berkhianat
kepada Nya. Seburuk takdir yang menurut penilaian manusia ternyata sangat baik
di mata Tuhan. (Pipit_ungu)
0 komentar:
Posting Komentar