Kamis, 17 November 2011

proposal penelitian

Judul : “Studi Konsistensi Guru Dalam Menerapkan Model   Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Biologi Di SMP Negeri Sekota Lhokseumawe”.
1.1  Latar Belakang
Pendidikan merupakan perwujudan dari salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang pambangunan yang dapat parhatian serius dari pemerintah. Dengan memahami tujuan pendidikan maka tercermin bahwa pendidikan merupakan factor yang sangat strategis sebagai dasar pembangunan bangsa. Sejalan dengan itu apabila dihubungkan dengan ekstensi dan hakaikat hidup manusia, kegiatan pendidikan diarahkan pada manusia sebagai mahluk individu, sosial, dan religius. Menurut Shertian (2000) pendidikan merupakan usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidiakn bertujuan untuk menngkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan salah satu usahanya adalah melaui suatu proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha tersebut, guru merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus-menerus. Sekarang ini masalah pendidikan menghadapi berbagai masalah salah satunya adalah rendahnya kualitas hasil pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan.
Hal ini tercermin dari masih relative rendahnya nilai rata-rata ujian nasional (UN) yang dicapai siswa khususnya pada mata pelajaran biologi. Rendahnya mutu pandidiakn di indonesia, banyak opini yang muncul baik datangya dari pejabat, pakar dan praktisi pendidikan ataupun masyarakat antara lain, kurangnya kualitas tenaga pengajar, gaji guru yang rendah, muatan kurikulum terlalu padat dan pola pembelajaran yang kurang menarik. Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yang sebenarnya sudah cukup baik) di Indonesia yang disebabkan sulitnya menyediakan guru-guru berkompetensi untuk mengajar di daerah-daerah. Sebenarnya kurikulum Indonesia tidak kalah dari kurikulum di negara maju, tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Kurang sadarnya masyarakat mengenai betapa pentingnya pendidikan dalam membentuk generasi mendatang sehingga profesi ini tidak begitu dihargai. Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah utama, yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal. Terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran baik bagi pengajar dan yang belajar. Hal ini terkait terbatasnya dana pendidikan yang disediakan pemerintah. Banyak sekali kegiatan yang dilakukan depdiknas untuk meningkatkan kompetensi guru, tetapi tindak lanjut yang tidak membuahkan hasil dari kegiatan semacam penataran, sosialisasi. Jadi terkesan yang penting kegiatan itu terlaksana selanjutnya, tanpa memperhatikan manfaat yang dapat diperoleh. Jika kondisi semacam itu tidak diubah untuk dibenahi kecil harapan pendidikan bisa lebih maju/baik. Maka pendidikan Indonesia sulit untuk maju. Selama ini kesan kuat bahwa pendidikan yg berkualitas mesti bermodal/berbiaya besar. Tapi oleh pemerintah itu tidak ditanggapi, kita lihat saja anggaran pendidikan dalam APBN itu. Padahal semua tahu bahwa pendidikan akan membaik jika gurunya berkompetensi dan cukup dana untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran.
Pendidikan biologi merupakan bagian dari pendidikan sains dan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan nasional yang ada. Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan sikap serta bertanggung jawab kepada lingkungan. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam dan mahluk hidup secara sistematis sehingga pembelajaran biologi bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan fakta tetapi juga proses penemuan. Berdasarkan pemantauan penulis di SMP Negeri Kota Lhokseumawe sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam belajar biologi. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa kebanyakan diam (pasif), kurang aktif dalam bertanya maupun dalam menjawab pertanyaan dalam proses belajar mengajar. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan metode pambalajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.
Keterlibatan secara aktif tersebut mencakup keterlibatan fisik maupun intelektual emosional (Dimyati dan Mujiono, 2006). Tetapi dalam kenyataanya selama ini guru masih belum maksimal dalam melakukan pengolaan pembelajaran dengan baik, hal ini dapat dilihat banyak guru hanya mengajar dengan menyampaikan materi kepada siswa saja, sehingga proses belajar mengajar hanya didominasi oleh guru sehinnga siswa bertindak pasif dalam belajar. Kesulitan yang dialami siswa tidak lain kurangnya konsep dan guru belum sempurna dalam menerapkan pengolaan kegiatan pembelajaran. Untuk itu diperlukan suatu pengolaan pembelajaran melalui penerapan dengan model yang sesuai yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Guru harus biasa memilih model yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran untuk diterapkan di kelas. Hal ini juga harus didukung dengan konsistensi guru dalam menerapkan model yang ia pilih dan sesuai dengan RPP yang ia susun.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Studi Konsistensi Guru Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Biologi Di SMP Negeri Sekota Lhokseumawe”.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.      Apakah para guru biologi sekota Lhokseumawe sudah konsisten dalam menerapkan model pembelajaran yang ada di RPP yang ia buat?
2.      Sejauh mana kekonsistensisan guru dalam menerapkan model pembelajaran yang ia buat di RPP?
1.3  Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang diteliti maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk melihat apakah guru biologi sekota Lhokseumawe sudah konsisten dalam menerapkan model pembelajaran yang terdapat di RPP yang ia buat.
2.      Untuk mengetahui sejauh mana kekonsistensian guru dalam menerapkan model pembelajaran di SMP Negeri sekota Lhokseumawe.



1.4  Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai bahan evaluasi bagi guru dan kepala sekolah dan dinas terkait dalam meningkatkan mutu pendidikan salah satunya adalah dengan konsistensinya guru dalam menerapkan model pembelajaran yang terdapat di RPP yang ia buat.
1.5  Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu setiap guru memiliki kemampuan dan kesempatan yang sama dalam menerapkan model pembelajaran pada mata pelajaran biologi. Dan pada penelitian ini diduga bahwa kekonsistensisan guru dalam menerapkan model pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran biologi.
1.6   Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian maka, ruang lingkup penelian ini hanya pada SMP Negeri sekota Lhokseumawe.
1.7  Definisi Operasional
Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru secara maksimal. Sedangkan model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
1.8   Tinjauan Pustaka
a.       Belajar Dan Mengajar
·         Belajar
Menurut Gagne (1984:dalam Rusfidra,2006) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Toeti Soekamto (1992: 27 dalam Rusfidra,2006) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut.
1.      Belajar adalah perubahan tingkah laku
2.      Perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan
3.      Perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama.

Berbicara tentang belajar pada dasarnya berbicara tentang bagaimana tingkahlaku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman (Snelbeker 1974 dalam Toeti 1992:10) Dari pengertian di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya perubahan tingkahlaku sebelum kegiatan belajar mengajar dikelas seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka guru harus merencanakan dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkahlaku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktifitas guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai starategi pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal. Dalam pembelajaran proses belajar tersebut terjadi secara bertujuan dan terkontrol (Arief Sukadi 1984:8 dan Rusfidra, 2006) Tujuan -tujuan pembelajaran telah dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku. Peran guru disini adalah sebagai pengelola proses belajar mengajar tersebut. Dalam sistem pendidikan kita (UU. No. 2 Tahun 1989), seorang guru tidak saja dituntut sebagai pengajar yang bertugas menyampaikan materi pelajaran tertentu tetapi juga harus dapat berperan sebagai pendidik. Davies mengatakan untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik seorang guru perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman berbagai prinsip-prinsip belajar khususnya prinsip berikut :
1.      Apapun yang dipelajari siswa , maka siswalah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif;
2.      Setiap mahasiswa akan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya;
3.      Seorang siswa akan belajar lebih baik apabila mempengoreh penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajarnya terjadi.
4.      Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan mahasiswa akan membuat proses belajar lebih berarti; dan
5.      Seorang siswa akan lebih meningkat lagi motivasinya untuk belajar apabula ia diberi tangungjawab serta kepercayaan penuh atas belajarnya (Davies 1971 dan Rusfidra, 2006)

·         Belajar, Mengajar dan Pembelajaran
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. Duffy dan Roehler 1989 (dalam Arianto Sam.2008) mengatakan apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas. Sementara itu pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.
Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum. Dalam buku pedoman melaksanakan kurikulum SD,SLTP dan SMU (1994 dalam Arianto Sam.2008) istilah belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar tersebut dapat berupa buku, lingkungan, guru dll. Selama ini Gredler 1986 (dalam Arianto Sam.2008) menegaskan bahwa proses perubahan sikap dan tingkahlaku itu pada dasarnya berlangsung pada suatu lingkungan buatan (eksperimental) dan sangat sedikit sekali bergantung pada situasi alami (kenyataan). Oleh karena itu lingkungan belajar yang mendukung dapat diciptakan, agar proses belajar ini dapat berlangsung optimal. Dikatakan pula bahwa proses menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa disebut dengan pembelajaran. Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh suatu pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan biasanya mudah diamati. Mengajar diartikan dengan suatu keadaan untuk menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Situasi ini tidak harus berupa transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa saja tetapi dapat dengan cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran yang sudah disiapkan.
(Gagne dan Briggs 1979:3 dalam Rusfidra,2006) mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Sepintas pengertian mengajar hampir sama dengan pembelajaran namun pada dasarnya berbeda. Dalam pembelajaran kondisi atau situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru. Sementara itu dalam keseharian di sekolah-sekolah istilah pembelajaran atau proses pembelajaran sering dipahami sama dengan proses belajar mengajar dimana di dalamnya ada interaksi guru dan siswa dan antara sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkahlaku siswa. Apa yang dipahami guru ini sesuai dengan pengertian yang diuraikan dalam buku pedoman kurikulum (1994:3) Sistem pendidikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sistem masyarakat yang memberinya masukan maupun menerima keluaran tersebut. Pembelajaran mengubah masukan yang berupa siswa yang belum terdidik menjadi siswa yang terdidik.
Fungsi sistem pembelajaran ada tiga yaitu fungsi belajar, fungsi pembelajaran dan fungsi penilaian. Fungsi belajar dilakukan oleh komponen siswa, fungsi pembelajaran dan penilaian yang terbagi dalam pengelolaan belajar dan sumber-sumber belajar) dilakukan oleh sesuatu di luar diri siswa (Arief,S. 1984:10 dalam Rusfidra,2006). Sebenarnya belajar dapat saja terjadi tanpa pembelajaran namun hasil belajar akan tampak jelas dari suatu pembelajaran. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan berlangsungnya proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila dalam dirinya terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan sebagainya. Dalam pembelajaran hasil belajar dapat dilihat langsung, oleh karena itu agar kemampuan siswa dapat dikontrol dan berkembang semaksimal mungkin dalam proses belajar di kelas maka program pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh para guru dengan memperhatikan berbagai prinsip-prinsip pembelajaran yang telah diuji keunggulannya.(Arief. Sukadi 1991:12).
b.       Guru
Guru merupakan komponen penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru yang berkualitas, profesional dan berpengetahuan, tidak hanya berprofesi sebagai pengajar, namun juga mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dalam menjalankan fungsinya sebagai agen pembelajaran, guru harus memiliki empat kompetensi dasar, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional. Selain itu, berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, setiap guru harus memiliki kualifikasi pendidikan sarjana satu atau diploma IV. Guru merupakan faktor determinan dalam revitalisasi pendidikan nasional. Guru adalah motivator, fasilitator sekaligus ilmuwan. Guru merupakan Tingkatan keahlian dari seorang hacker. Istilah ini digunakan pada seseorang yang mengetahui semua hal pada bidangnya, bahkan yang tidak terdokumentasi. Ia mengembangkan trik-trik tersendiri melampaui batasan yang diperlukan. Kalau bidangnya berkaitan dengan aplikasi, ia tahu lebih banyak daripada pembuat aplikasi tersebut. Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru secara maksimal.
1.9  Metode Penelitian
a.       Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri kota Lhokseumawe pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 pada tanggal 02 Agusstus 2012
b.       Rancangan Penelitian
Berdasarkan masalah yang akan diteliti maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode analitik. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengguanakan observasi, wawancara atau angket mengenai keadaan sekarang ini, mengenai subjek yang akan kita teliti. (Ruseffendi,E.T.1994:30)
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata 2006:72). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung. Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperimen. Adapun jenis dari penelitian deskriptif pada penelitian ini adalah daskriptif Analitik. Dimana studi jenis ini merupakan studi pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif kecil jumlahnya. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang individu. Berdasarkan ruang lingkupnya (sensus atau survai sampel) dan subyeknya (hal nyata atau tidak nyata), sensus dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu: sensus tentang hal-hal yang nyata, sensus tentang hal-hal yang tidak nyata, analitik sampel tentang hal-hal yang nyata, dan analitik sampel tentang hal-hal yang tidak nyata.
c.        Populasi Dan Sampel
Populasi adalah keseluruahan objek penelitian (Arikunto. 2005). Dalam penelitian survey, populasi adalah kelompok untuk mana para peneliti ingin melakukan generalisasi; yaitu, kelompok untuk mana hasil penelitian akan diterapkan atau diberlakukan dalam penelitian ini, target populasi kami adalah semua guru bidang studi biologi di kelas VII SMP Negeri kota Lhokseumawe tahun ajaran 2011/2012 dari semua lulusan program sarjana.
Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto. 2005). Sample harus representative artinya segala karasteristik populasi harus tercermin dalam sample yang akan diambil. Sampling merupakan persoalan metodologikal yang krusial dalam penelitian survey. Karena biasanya tidak mungkin melakukan survey terhadap seluruh angota populasi, maka para peneliti biasanya memilih sebuah sub kelompok (sampel) dari populasi tersebut. Prinsip pokok dalam memahami tentang pengambilan sampel (sampling) adalah bahwa bagaimana cara sampel tersebut dipilih mempengaruhi kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari penelitian. Sampel yang dipilih untuk penelitian harus serupa dengan populasinya, karena hasil atau kesimpulan penelitian yang diambil dari sampel akan diberlakukan/digeneralisasikan kepada populasinya. Untuk penelitian ini teknik pengambilan sample yang digunakan adalah teknik random sederhana yaitu dengan cara memberi nomor semua anggota populasi, dalam hal ini semua guru bidang studi biologi di kelas VII SMP Negeri kota Lhokseumawe tahun ajaran 2011/2012, kemudian membuat nomor- nomor pada kertas-kertas kecil, kertas kecil kemudian digulung, dimasukkan dalam tempat dan dilocok. Kita melakukan pengocokkan terus sampai memperoleh sejumlah kertas kecil bernomor sebanyak yang diperlukan. Dalam penelitian ini diperlukan sebanyak 30% sample dari populasi yang ada.
d.      Instrumen Penelitian
Menurut suharsimi (1999 : 151) instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar peneliti lebih mudah mendapatkan hasil dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap sistematis. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.      Angket (kuisioner)
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup dangan jawaban yang telah disediakan pada setiap item pertnyaanya.menurut faisal (1981:4) disebut angket tertutup, bila item pertanyaan pada angket disertai kemungkinan jawabanya, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang dinilainya paling sesuai. Dalam pembuatan angket tertutup ini penulis menggunakan sekala likert. Menurut sugiono (2005:107) sekala likert terdiri dari empat tingkatan yaitu selalu (sl), sering (sr), kadang-kadang(kd), tidak pernah (tp). Untuk kriteria penilaian peritem. jawaban yang dijawab dijelaskan dalam tabel berikut:
No
Tingkatan
Skala Likert
Skort
Jawaban
1.
Selalu
1


2.
Sering
2


3.
Kadang-kadang
3


4.
Tidak pernah
4


Sumber : Sugiono (2005:108).
Adpun lankah- langkah yang dilakukan dalam penyusunan angket adalah
a. Penyusunan Indikator
Sebelum angket ini disusun, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi angket yang meliputi indikator faktor internal guru biologi saat melakukan proses pembelajaran.
b. Penyusunan Angket
 Setelah kisi-kisi angket dibuat selanjutnya dilakukan penyusunan penrnyataan angket yang berhubungan dengan indikator.
 c. Ujicoba Angket
 Angket yang sudah disusun tersebut kemudian di ujicobakan. Menurut sugiono (2005:213) untuk menentukan valid atau tidak valid suatu butir dalam angket digugunakan rumus angka kasar.
2.      Observasi
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap mengamati (observasi) yaitu:
1. Melakukan diskusi dengan guru biologi dan kepala Sekolah untuk rencana observasi.
2. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran yang dilakukan guru kelas VII SMP Negeri sekota Lhokseumawe.
3. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran.
4. Menganalisis temuan saat melakukan observasi dan pelaksanaan observasi
3.      Pengumpulan data
a.       Data Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua data yang digunakan, yang pertama adalah data tentang keterampilan guru biologi kelas VII SMP Negeri kota Lhokseumawe dalam menerapkan model pembelajaran, dan yang kedua data tentang nilai ujian biologi siswa kelas VII SMP Negeri kota Lhokseumawe.
b.      Sumber Data
Menurut suharsimi (1999:112) sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis atau lisan. Adapun responden penelitian ini adalah guru biologi kelas VII SMP Negeri kota Lhoksemawe. Kemudian untuk data tentag hasil ujian, datanya berupa nilai ujian akhir biologi siswa.
c.       Analisis Data
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data angket penelitian terdistribusi normal. Dalam penelitian ini digunakan uju lilloefors. Menurut sujana (1992:446) langkah-langkah Lilliefors sebagai berikut :
1.      Membuat Tubulasi Data
2.      Mengadakan pengamatan tarhadap X¬1, X2,..........,Xn untukl diubah menjadi angka baku Z1, Z2,.........., Zn
Keterangan:
Z1              : Angka baku
X               : Rata-rata
S                : Simpangan Baku
3.      Menentukan peluang F (Z¬¬¬i) = P< (Z¬¬¬i) berdasarkan daftar distribusi normal baku.
4.      Selanjutnya dihitung proporsi Z1,Z2,………….,Zn. Yang lebih kecil atau sama dengan Z. jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Z¬¬¬i) maka rumusnya S(Zi)= Harga mutlak dihitung dari selisih F(Z¬¬¬i)- S(Z¬¬¬i) dan diambil dari harga mutlak Yang paling besar sebagai L- hitung (L0).
5.      Dari L table (Lt) untuk sebanyak N dan taraf nyata @= 0,05 dan dibandingkan dengan (L0)
6.       Pada taraf nyata @= 0,05, jika (L0) < (Lt) maka table terdistribusi normal dan juka sebaliknya sampel terdistribusi normal.













DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Joko. 1997. Model Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.
Kuntoro, Ari.1993. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Shertian. 2000. Konsep Dasar Dan Teknik Supervise Pendidikan Dalan Rangka Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudjana, N. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Rosdakarya.
Sudijono, A. 1996. Metode Stastitik. Bandung : Tarsito.
Silbermen. 1996. Active Learning. Yogyakarta : Nusa Media.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review